https://www.lenteranews.co

Theresa May - Saya percaya bahwa Inggris akan lebih kuat

Theresa May - Saya percaya bahwa Inggris akan lebih kuat

Hatami News Inggris - Posisi Perdana Menteri Inggris, Theresa May, sempat berada dalam tekanan kuat setelah mosi tidak percaya diajukan dari anggota parlemen faksi partainya sendiri, Partai Konservatif, pada Selasa (12/12) siang.

"Saya percaya bahwa Inggris akan lebih kuat, lebih aman, dan lebih baik, ketika berada dalam Uni Eropa. Tetapi, warga Inggris telah membuat keputusan berbeda untuk mengambil langkah lain. Karena itu, saya pikir negara ini butuh pemimpin baru yang bisa membawa Inggris ke arah itu," ucap Cameron pada Juni 2016 lalu di hari dirinya mengundurkan diri seperti dikutip The Guardian.

Dalam pidato perdananya sebagai PM, May berjanji mendukung Brexit dan mencapai kesepakatan terbaik sebelum Inggris benar-benar meninggalkan Uni Eropa.

"Menyusul keputusan kita (Inggris) untuk meninggalkan Uni Eropa, kita akan membentuk peran positif baru bagi diri kita sendiri di dunia ini. Dan kita akan menjadikan Inggris sebuah negara yang berfungsi bukan untuk beberapa orang tertentu, tapi untuk setiap orang dari masing-masing kita," ucap May saat berpidato di kantor perdana menteri di Downing Street 10, seperti dikutip Washington Post.

"Itu akan menjadi misi pemerintah yang saya pimpin dan bersama-sama, kita akan membangun Inggris yang lebih baik lagi."
Lihat juga: Legislator Partai Theresa May Ajukan Mosi Tidak Percaya
Sejak itu, Brexit dianggap sebagai mantranya meraih dukungan penuh publik dan kabinetnya dalam menjalan kepemimpinan. Namun, dukungan terhadap May terus berkurang setelah dirinya kalah dalam pemilihan sela pada Juni 2017 lalu. 

Pemilihan itu ia gagas dengan harapan mampu mengubur penentangan oposisi terhadap rencana Brexit yang digagasnya.

Sejumlah kritikus menganggap keputusannya dalam negosiasi Brexit selama ini dianggap tidak fleksibel dan menyebabkan kebuntuan saat ini.

May memilih menjauhkan diri dari gosip serta pergaulan dengan membuktikan dirinya melalui kerja keras. Sebelum menjabat sebagai pemimpin Inggris, perempuan 62 tahun itu pernah menjabat sebagai menteri dalam negeri pada periode 2010-2016.

Sifatnya yang tertutup disebut sering menjadikan relasinya dengan pemimpin negara lain terasa kaku.

May adalah lulusan Universitas Oxford jurusan Geografi. Di sana, ia bertemu dengan sang suami, Philip May, yang menjadi seorang bankir.
Lihat juga: Theresa May akan Temui Parlemen Bahas Penundaan Suara Brexit
May mulai berkecimpung di dunia politik pada 1998-1999. Dia menjadi perempuan pertama yang terpilih sebagai Pemimpin Partai Konservatif pada 2002 lalu. **
 

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait