HMI Menjawab Tantangan Zaman : Advokasi Kekerasan Seksual dan Peran dalam Transformasi Bangsa

RIAU - Kasus pelecehan seksual kembali mencuat di sejumlah kampus di Indonesia. Situasi ini menimbulkan keresahan, sebab ruang akademik yang seharusnya aman justru menjadi tempat yang rentan bagi mahasiswa, terutama perempuan. Fenomena tersebut tidak hanya melukai individu korban, tetapi juga merusak iklim pendidikan dan menghambat partisipasi perempuan dalam pembangunan bangsa.
Di tengah kondisi ini, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menjawab tantangan melalui peran aktif kader perempuannya yang terhimpun dalam Korps HMI-Wati (KOHATI). Kehadiran KOHATI bukan sekadar pelengkap organisasi, melainkan penggerak nyata dalam advokasi dan edukasi publik. Beberapa kader KOHATI di kampus besar, termasuk di Riau, mendorong pembentukan Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) sesuai amanat Permendikbud No. 30 Tahun 2021. Langkah ini memberi tekanan moral bagi pihak kampus agar lebih serius menindaklanjuti laporan korban.
KOHATI juga aktif menginisiasi diskusi publik, kampanye kesadaran di media sosial, hingga pendampingan psikologis dan hukum bagi penyintas. Keberanian ini penting, mengingat isu pelecehan seksual masih sering dianggap tabu dan banyak kasus ditutup dengan alasan menjaga nama baik institusi. Dengan bergerak di ruang ini, KOHATI menjawab kebutuhan zaman: melawan budaya diam dan mendorong perubahan struktural yang lebih berpihak pada korban.
Kontribusi tersebut menegaskan bahwa transformasi bangsa tidak hanya ditentukan oleh pembangunan ekonomi atau politik semata, tetapi juga oleh keberanian memperjuangkan ruang publik yang aman, adil, dan beradab. KOHATI menunjukkan bahwa transformasi sejati hanya bisa terwujud bila keadilan gender dan perlindungan martabat manusia menjadi bagian dari agenda perjuangan.
Menuju Indonesia Emas 2045, kehadiran perempuan muda berpendidikan seperti kader KOHATI sangatlah krusial. Mereka membawa perspektif baru dalam pembangunan: keberanian menyuarakan kebenaran, kepedulian terhadap korban, serta komitmen pada keadilan sosial. HMI, sebagai organisasi kaderisasi, harus terus membuka ruang kepemimpinan yang lebih luas bagi perempuan agar kontribusi mereka tidak hanya simbolik, melainkan substantif dalam menentukan arah bangsa.
Transformasi bangsa membutuhkan keberanian kolektif. KOHATI telah memberi teladan: melawan pelecehan seksual, membela korban, dan memperjuangkan keadilan. Inilah kontribusi nyata yang menjawab panggilan zaman.***(Rhmt)
Komentar Via Facebook :